Es Teh & Humor “Goblok” Seorang “Gus”

Ahmadi Sopyan-screnshot-

Contoh buruk kesombongan panggung tinggi dalam sebuah pengajian seringkali terjadi. Saya termasuk orang yang cukup aktif dalam beberapa majelis pengajian, namun sangat tidak sreg ketika panggung kesombongan itu merendahkan martabat jama’ah, terlepas jama’ah itu sambil berjualan guna menghidupi ekonomi ditengah riuh jama’ah lain. Komunikasi massa yang dibungkus humor dan ditertawakan berjama’ah, bahkan ada seseorang yang meng-kiyai-kan dirinya, yakni bernama Usman Ali, begitu antusias tertawa ngakak hingga menepuk-nepuk paha. Gerahamnya terbuka lebar dan sangat-sangat bahagia dengan “perendahan martabat” seorang penjual es teh. Sosok seperti ini tidak layak berada diatas panggung kehormatan mana pun.

Bagi seorang yang membungkus dirinya dengan jubah agama, lantas digelar Kiyai, Habib, Ustadz, Gus, Pendakwah, Mubaligh, Da’i, Penceramah dan lain sebagainya, akan disebut pengkhianat nilai-nilai dasar agama ketika ia menggunakan komunikasi massa untuk tertawa bersama atas penderitaan orang lain. Sebab dari dasarnya, agama mengajarkan nilai-nilai menghormati dan menyanyangi semua orang, tanpa memandang status sosial.

Tapi dari kejadian “goblok” ini, kita bisa menjadi tahu mana orang yang tertawa bersama kita dan mana orang yang mentertawakan kita. Kalau kamu bukan pelawak atau komedian, maka berkumpul dengan orang yang bisa tertawa bersama dan menjauhlah dari orang-orang yang mentertawakan kita. 

Salam Tawa!(*)

 

 

 

 

 

 

 

 

Tag
Share