CERPEN RUSMIN SOPIAN: Pengarang Kehidupan

--

Purnama bercahaya dengan indahnya. Kerlap kerlip kunang-kunang menambah keindahan malam itu. Sementara suara ayat-ayat suci terus mengalun dari masjid. Menambah kesakralan malam.

“Saya heran Pak. Kok orang-orang nggak mau dibayar saat saya belanja,” ungkap istri Markudut sembari membawa kopi untuk suaminya yang sedang duduk di teras belakang rumahnya.

“Iya, Bu. Saya juga demikian. Tak ada pemilik toko yang mau menerima pembayaran saya,” jawabnya sembari menyeruput kopi buatan istrinya.

“Aneh,” pikir sang istri sembari meninggalkan suaminya sendirian.

Sebuah cerpen berjudul “Kematian” karya Markudut telah terbit di koran mingguan. 

Belum selesai warga membacanya, sebuah pengumuman datang dari corong pengeras suara masjid. Mengagetkan para warga. Hampir mencopotkan jantung warga dari katupnya.

Maklum para warga sangat akrab dengan nama itu. Bahkan teramat dekat dengan nama itu.

“Innalilahi wa innalilahi rojiun. Telah berpulang ke rahmatullah saudara kita, tetangga kita dan orang tua kita dan pengarang terkenal dari kampung kita, Pak Markudut dalam usia ke 64 tahun. Semoga almarhum mendapat tempat yang layak di sisi Allah sesuai dengan amal kebaikannya selama di dunia. Insya Allah penguburan jenazahnya akan dilaksanakan di TPU Umum Kampung kita selepas sholat Zuhur” demikian bunyi pengumuman dari masjid.

BACA JUGA:3 Fakta Literasi yang Harus Diketahui Menurut Badan Bahasa

Seketika itu pula para warga berhamburan menuju rumah Markudut. Koran mingguan yang berisikan cerpen Markudut berhamburan di jalanan rumah warga. Terinjak-injak oleh kaki warga yang berduyun-duyun ke rumah Markudut untuk untuk memberikan penghormatan terakhir untuk pengarang Kampung mereka.

Langit makin cerah. Sinar mentari bercahaya dengan terangnya. Seterang jiwa pengarang Kampung yang akan bertemu dengan Sang Maha Penciptanya, Allah SWT.

 

Toboali, Mei 2024

Rusmin Sopian, penulis tinggal di Toboali Bangka Selatan

Tag
Share