CERPEN: Sang Pewarta

--

Sebagai seorang pencari berita, dia sangat akrab dengan rakyat kecil yang termarjinalkan, baik secara ekonomi maupun politik. 

Tak pelak aksi pewarta muda ini kerapkali mengalami benturan dan hadangan. 

Bukan hanya di lapangan namun dalam lingkungan  internal tempatnya mengabdi sebagai wartawan, hadangan dan benturan sering terjadi.

Bahkan terkadang suara sumbang menggema dari rekan-rekan seprofesinya terhadap dirinya yang dianggap sok idealis dan pahlawan kesiangan.

Remi masih ingat saat melakukan investigasi tentang rencana penyulapan lahan persawahan milik masyarakat Desa Ancok Lilot menjadi areal pertambangan oleh perusahaan milik Pak Besar beberapa waktu lalu. 

Hamparan sawah membentang luas. Sekumpulan burung terbang meliuk-liuk. Kemudian menyambar batang-batang padi. 

Mereka tidak mencuri banyak. Hanya sekadar menyumpal perut saja.  Setelah kenyang, sekumpulan burung-burung itu pun terbang tinggi ke angkasa yang luas dan baru kembali esok harinya. 

Tidak seperti mereka yang berdasi yang mencuri aspal, semen, bantuan sosial hingga kubah masjid. 

Bahkan beras untuk orang miskin pun mereka curi.  Mereka mencuri untuk dimakan tujuh turunan. Kontradiksi dengan sekumpulan burung-burung itu.

Kendati sempat ditentang kalangan Lembaga Swadaya Masyarakat dan para kritikus, rencana itu tetap berjalan dan berjalan. 

Bahkan kalangan birokrat seolah-olah menutup mata.  Bahkan  ada yang mendukung dengan dalih untuk menambah pundi-pundi daerah.

 "Kami bingung Pak. Sebagai rakyat kecil kami ini hanya ingin bertahan hidup. Lagi pula  nenek moyang kami hidupnya dari bertani dan bersawah dalam berkehidupan," keluh Pak Dandio saat bertemu Remi.

"Benar Pak. Keahlian kami hanya bertani dan bersawah. Nah kalau sawah kami dijadikan areal pertambangan, kami ini kerja apa? Penambang? Kami ndak paham. Ndak paham," sambung  Mbah Culun.

"Tapi kata bapak-bapak yang di atas, kami ini pembangkang karena menolak pembangunan. Apakah pembangunan harus merugikan rakyat?  Apa memang pembangunan harus mengorbankan rakyat kecil? Duh gusti, gusti. Memang begini toh nasib jadi wong cilik dan orang susah. Selalu tersusahkan dan disusahkan. Paling dihargai saat musim kampanye saja," sela Pak Bimbang.

Sementara itu petinggi daerah dengan nada tegas menyatakan kehadiran perusahaan Pak Besar berinvestasi di kawasan itu, akan mampu merubah daerah ini menjelma daerah yang berkembang dalam  upaya mengeskalasi  kesejahteraan masyarakat dan derajat kehidupan rakyat.

Tag
Share