Residen Belanda Pun Korupsi

--

Dalam kasus lain, pengelola gudang di Mentok dipecat “karena administrasinya tidak jujur dan ceroboh”. 

Jabatan Residen Bangka kemudian dijabat sementara oleh, Edelher Herman Warner Muntinghe, sampai kemudian diangkat pejabat residen yang difinitif yaitu M.A.P. Smissaert (Tahun 1817-1819). Residen M.A.P. Smissaert yang memerintah di Keresidenan Bangka, juga dalam suasana sulit menghadapi peperangan hebat akibat perlawanan rakyat Bangka yang dipimpin oleh Depati Bahrin (Tahun 1819-1828). Residen M.A.P. Smissaert sendiri kemudian mati dibunuh pada tanggal 14 November 1819 dekat sungai Buku, perbatasan antara kampung Zed dengan kampung Puding ketika perjalanan pulang setelah melakukan pengawasan (inspeksi) dari Distrik Pangkalpinang menuju Ibukota Keresidenan Bangka di Kota Mentok. Residen M.A.P. Smissaert disergap oleh Demang Singayudha dan Juragan Selan dengan strategi penyergapan yang diatur oleh Batin Tikal atas perintah Depati Bahrin. 

''Kepala Residen M.A.P. Smissaert inilah kemudian dibawa oleh Batin Tikal menghadap ke Sultan Palembang sebagai bukti, bahwa rakyat Bangka sungguh-sungguh berperang melawan Belanda dan Sultan Palembang kemudian berjanji untuk membantu rakyat Bangka yang sedang berperang dengan menaikkan harga beli Timah. Residen M.A.P. Smissaert kemudian digantikan oleh Letkol Ridder Keer, komandan militer di Bangka dan sekaligus menjabat sebagai residen,'' tukas elvian.(shs/red)

Tag
Share