CERPEN MARHAEN WIJAYANTO: Buku Tanpa Aksara

ilustrasi literasi--

Sementara kakek masih bercengkerama bersama para sahabat yang mampir di pondok baca. Di rumah kami ada tempat membaca dan debat tentang tragedi di Palestina atau berita hangat tentang kemunduran-kemunduran bangsa yang lezat untuk dikritik. Katanya presiden Amerika menyetujui pembebasan warga sipil di Gaza. Tiga puluh tiga orang tawanan Israel ditukar dengan ribuan warga sipil yang ditahan (33 untuk 2000).

 

Kemudian, Laras membawa kertas buku gambar dan pensil warna ke pondok baca. Kakek tersenyum, dia tahu kalau Desember ini cucu perempuannya gagal mendapat hadiah liburan. Beliau melirik sejenak ke arah lukisan Laras. Setelah tersenyum, kakek menghirup kopi dan kembali bercengkerama dengan berita tentang drone Rusia menghantam gedung bertingkat di Ukraina. 

BACA JUGA:Cerpen Amira Ilmia Zahira, SDN 1 Mendo Barat: MENUGAL

“Pisang goreng, Laras,” kakek menawar basa-basi pada cucu perempuannya itu, meski hanya dijawab dengan mengglengkan kepala.

 

Anak sekecil Laras selalu memandang baik jika yang di depan matanya baik, buruk jika yang ada di hadapannya buruk.  Sebulan lalu, ia mendapat juara satu lomba siaga di kecamatan. Wajar adanya, dengan prestasi itu ia akan mendapat nilai lebih dibanding dengan siswa yang sama sekali tidak juara lomba pramuka. Harapan itu jelas terlihat karena kepala sekolahnya menjanjikan peringkat satu baginya. 

Ayah, ibu, dan kekek tentu bangga. 

 

Di keluarga besar kami, tak ada satupun anggota keluarga yang menjadi juara pramuka seperti Laras. Dia berjanji akan mengajak berlibur ke rumah Pakde ke Jogja, namun apa daya, ustazah sudah  memberi tahu yang mendapat juara adalah anak-anak saleh atau siswa laki-laki. Artinya, impian Laras untuk berlibur pun pupus sudah.  

 

Membaca kabar terbaru dari Jalur Gaza tak kalah seru dengan pergulatan hati Laras lewat corat-coret. Kakek dan Laras seperti berlomba-lomba menuang lembar ide dan gagasan di serambi rumah kami itu.  Satu dua orang teman kakek datang dan membicarakan hal penting, katanya umat Nasrani diadang kelompok ormas saat perayaan natal kemarin. 

BACA JUGA:Cerpen Adi Kuswanjaya, SMPN 1 Pulaubesar: Lempen Kuning Ken Kanti di Ngeruah

“Macam jalanan punya buyutnya! Orang mau beribadah kok diganggu, dihalang-halangi,” ujar Pak Ustaz Cangkul menggerutu sembari membetulkan peci di kepalanya.  

 

Tag
Share