Gerakan literasi nasional sudah lama digencarkan oleh pemerintah. Hanya saja belum mampu membuat anak-anak usia sekolah cinta membaca.
Oleh Triani (Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Riau Silip)
Sekarang Indonesia sudah masuk ke salah satu anggota PISA namun kemampuan siswa Indonesia pada literasi membaca masih juga rendah dan belum ada tanda-tanda adanya peningkatan. Meskipun pemerintah sudah melakukan segala upaya untuk meningkatkan minat baca siswa.
BACA JUGA:Benarkah Program Sastra Masuk Kurikulum Akan dimulai pada Tahun Ajaran Baru 2024?
Menurut penelitian OECD, level siswa kita hanya mampu membaca teks singkat tentang topik yang sudah akrab. Kalau sudah dihadapkan pada teks yang panjang yang membutuhkan pemahaman yang kritis, maka mereka akan cepat jenuh dan cenderung malas untuk melanjutkan membaca teks tersebut.
Mengapa semua ini bisa terjadi? Apakah koleksi buku di sekolah masih sangat minim atau terbatas, sehingga siswa jadi bosan untuk membaca?
BACA JUGA:Guru Berkarakter Sekolah Berbudaya
Latar belakang ini salah satunya karena sekolah tidak mampu memfasilitasi buku yang beragam dan komplit. Atau gerakan membaca telah tergantikan dengan kesenangan mereka dalam bermain gawai. Karena kita juga paham pada zaman sekarang ini setiap rumah pasti mempunya hp bahkan lebih dari satu, tapi belum tentu dalam satu rumah menyimpan beberapa buku bacaan yang dapat memfasilitasi mereka kalau mereka ingin membaca buku.
Lantas bagaimana upaya sekolah dalam menumbuhkan minat baca siswa? Telah kita tahu bersama kalau anak-anak akan betah berjam-jam dalam bermain game atau gawai namun apa bila disuruh membaca 10 menit pun terasa lama. Memang tidak mudah membiasakan mereka untuk membaca. Apa lagi saat di rumah orang tua mereka tidak begitu peduli tentang kegiatan literasi tersebut.
BACA JUGA:Tantangan: Pendidikan Karakter Atasi Krisis Moral
Maka sekaranglah peran pendidik yang harus bekerja ekstra keras bagaimana cara merangsang pikiran mereka agar mau mulai membaca meskipun hanya 10 menit setiap harinya.