BATIN GANING DI NYIREH (Bagian Dua)

Senin 13 Jan 2025 - 21:52 WIB
Reporter : Tim
Editor : Syahril Sahidir

Oleh: Dato’ Akhmad Elvian, DPMP

Sejarawan dan Budayawan

Penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia

 

PUSAT-pusat pertempuran melawan pasukan Belanda terjadi mulai dari benteng Toboali, benteng Penutuk di Pulau Lepar, benteng di dekat Sungai Kepoh dan Sungai Bantel, serta benteng di Pulau Tinggi dan sebagai pusat kekuatan berikutnya berada di benteng dekat Sungai Nyireh. Pada wilayah Sungai Nyireh didirikan benteng pertahanan dan dikuasakan Sultan Palembang (wilayah Sindang) kepada seorang batin dari bumiputera Bangka yaitu Batin Ganing. 

----------------

PENGANGKATAN Batin Ganing untuk wilayah Sungai Nyireh semasa dengan pengangkatan Batin Pa Amien di Toboali dan Batin Tikal di Koeboebangka atau Bangkakota. Umumnya pemukiman penduduk Pulau Bangka pada masa awalnya berada di hulu atau tepi sungai yang bermuara ke Selat Bangka. Kawasan pemukiman penduduk atau batin diberi nama dengan nama sungainya, misalnya Neerie (Nyireh), Oolim (Olin/Olim), Ballar atau Surdang, dan Banca Cotta (Bangkakota) dan pada pemukiman biasanya dibangun parit pertahanan (benteng).

Peran benteng di Sungai Nyireh menjadi penting setelah gugurnya Raden Keling dan beberapa orang pengikut setianya pada pertempuran di Benteng Pulau Tinggi, Kepulauan Lepar, pada Tanggal 10 Oktober 1820. Raden Ali putera Raden Keling bergasil meloloskan diri dengan perahu bersenjata melalui sepanjang pantai Timur bagian Selatan Pulau Bangka, dan dari situ melakukan putaran ekstrim ke arah Selatan Bangka sampai ke Toobooallie yang merupakan pos pertahanan paling Selatan dan dilanjutkan sampai di Nyireh. Pertempuran di Benteng Pulau Tinggi yang berlangsung sengit sebagaimana dijelaskan oleh A Meis Kapitein-Adjudant bij den Generaal-Majoor, Kommandant van het Nederlandsche Oost-Indische leger dalam Verhaal Palembangschen Oorlog van 1819-1821 halaman 149: ”...In minder dan 10 minuten waren de onzen geheel meester van deze belangrijke en door 300 man verdedigde positie, en dit met eene magt, die niet meer dan de helft der vijandelijke bedroeg. In de benting en in en bij de rivier, vond men een groot getal dooden, waaronder herkend werden Radeen Kling zelf, Radeen Machmoed, de vrouw, dochters en de schoonzoon van Radeen Ali en nog eenige personen van aanzien; men vond voorts  ijzeren kanons, lillas, 2 zware donderbussen en meer undere wapens. Wij telden 5 dooden en 10 gewonden, onder welke laatsten de Kapitein Van Der Wijck en de Luitenant De Fruy….”, maksudnya:…”Dalam waktu kurang dari 10 menit orang-orang kami (pasukan Belanda) telah sepenuhnya menguasai posisi penting ini, yang dipertahankan oleh 300 orang, dan ini dengan kekuatan tidak lebih dari setengah kekuatan musuh. Di dalam benteng dan di dekat sungai, ditemukan banyak orang mati, di antaranya dikenal Radeen Kling sendiri, Radeen Machmoed, istri, anak perempuan dan menantu Radeen Ali, dan beberapa orang terpandang lainnya; meriam besi, lilla, 2 dunderbussen dan lebih banyak senjata juga ditemukan. Kami menghitung 5 tewas dan 10 luka-luka, yang terakhir termasuk Kapten Van Der Wijck dan Letnan De Fruy…”. 

Mengetahui kekalahan Raden Keling dan pejuang lainnya pada pertempuran di Pulau Tinggi, Batin Ganing di Benteng Nyireh mengira, bahwa seluruh pasukan berhasil ditumpas oleh Belanda, maka Batin Ganing sempat berduka serta sempat membubarkan pasukannya dan banyak persenjataan dari pasukannya yang telah disiapkan untuk bertempur dibuang ke sungai Nyireh. Akan tetapi dalam pertempuran di Benteng Pulau Tinggi, Raden Ali, putera dari Raden Keling berhasil meloloskan diri dengan beberapa orang pengikut setianya. Raden Ali yang berhasil meloloskan diri ke wilayah Nyireh bergabung dengan Batin Ganing, kepala rakyat di wilayah Nyireh. Dari wilayah Nyireh inilah kenudian dibangun pusat kekuatan baru untuk menghadapi pasukan Belanda. Gugurnya Raden Keling menyebabkan Sultan Kesultanan Palembang Darussalam Mahmud Badaruddin II, pada bulan November 1820 mengirimkan saudaranya Raden Badar dengan 5 Perahu besar bersenjata untuk membantu kekuatan bersenjata Raden Ali. Dalam perjuangannya Raden Ali juga mengirimkan perahu dan utusan guna meminta bantuan ke Lingga dan pulau pulau lainnya. Kesultanan Lingga kemudian membantunya dengan mengirimkan 30 perahu bersenjata yang umumnya berasal dari wilayah Temian dan kemudian perahu perahu bersenjata tersebut umumnya ditempatkan di Sungai Nyireh dan Sungai Bangkakota. 

Selengkapnya berita tentang Batin Ganing di atas ditulis oleh A Meis Kapitein-Adjudant bij den Generaal-Majoor, Kommandant van het Nederlandsche Oost-Indische leger dalam Verhaal Palembangschen Oorlog van 1819-1821: Het sneuvelen van Radeen Kling te Palembang bekend geworden zijnde, verzocht zijn broeder , Radeen BADAR, vanden Sultan de gunst hem te mogen opvolgen en wreken, zoo als hij dan ook in het laatst van November met vijf groote praauwen met volk naar Banka overkwam: hij vestigde zich te Niëri, waar hij aanstonds zijnen neef, Radeen ALI, het hoofd Batin GANING en andere voorname muitelingen tot zich riep, en met hunne hulp den ouden schuilhoek in staat van verdediging bragt. Radeen ALI had tijdens zijne vlugt van Poeloe-Tingie, eene praauw naar Linga en de naburige eilanden gezonden , om daar hulp en bijstand in te roepen , welke hem ook door de toezending van dertig praauwen, meestal van Temian, geboden werd ; het grootste gedeelte van deze praauwen lag in de rivier bij Niëri en het overige in de rivier van Banka-Kotta. Maksud dari A Meis diterjemahkan secara bebas adalah: Ketika kematian Radeen Kling diketahui di Palembang, saudaranya, Radeen BADAR, meminta bantuan Sultan untuk menggantikannya dan membalaskan dendamnya, dan pada akhir November dia datang ke Banka bersama lima orang besar dan orang-orang pengikutnya: dia menetap di Nieri, dimana dia segera memanggil sepupunya, Radeen ALI, ketua Batin GANING, dan pemberontak terkemuka lainnya, dan dengan bantuan mereka tempat perlindungan lama menjadi pusat pertahanan. Radeen ALI, selama pelariannya dari Poeloe-Tingie, telah mengirimkan perahu utusan ke Lingga dan pulau-pulau sekitarnya, untuk meminta bantuan dan bantuan di sana, yang juga ditawarkan kepadanya dengan pengiriman tiga puluh perahu, sebagian besar dari Temian; sebagian besar perahu ini terletak di sungai di Niëri dan sisanya di sungai di Banka-Kotta.

Pemusatan kekuatan gabungan pasukan bersenjata di Benteng Sungai Nyireh inilah yang kemudian pada Tanggal 24 Desember 1820 dengan dipimpin oleh Raden Ali mengepung dan menyerang benteng Toboali dari laut dengan menggunakan sejumlah besar perahu dan mengibarkan bendera Raden Ali.  Penyerangan dilakukan pada dua sasaran, yaitu: bagian pasukan yang lebih kecil, dengan kekuatan 9 perahu bersenjata menyerang dan menembaki sisi Selatan bangunan benteng dengan meriam dan  dengan perahu kecil pasukan mendayung ke tepi pantai dan mencapai tebing di posisi pos penjaga pantai yang telah ditinggalkan. Mereka kemudian dihadang oleh tembakan pasukan yang dipimpin oleh Letnan De Vries agar tidak mendarat pada titik ini dan Sembilan perahu bersenjata pasukan  Radeen Ali berada pada jarak yang tidak terlalu berbahaya. Bagian pasukan lainnya dengan kekuatan 33 perahu bersenjata menurunkan pasukan pada bagian lain benteng di sebelah Barat Toboali. Sebuah detasemen berkekuatan 30 orang, dikirim di bawah Kapten Cuvelier untuk mencegah pendaratan dan pasukan Belanda terpaksa mundur. Selanjutnya pada saat yang bersamaan  datang laporan dari komandan penjaga di pos baru yang sedang dibangun, yaitu serangan dan tembakan dari sudut Barat terhadap pekerjaan benteng yang sedang diperbaiki oleh banyak perahu sebagai bagian dari serangan pasukan Raden Ali. Serangan ini dihadapi oleh pasukan Belanda dipimpin oleh Du Perron den Kapten Lessance dengan 60 orang pasukan baru penjaga benteng. Pasukan ini diperintahkan untuk menjaga pekerjaan renovasi penting benteng Toboali dari kehancuran. Pasukan militer Belanda kemudian mengirim Letnan Meijer dengan sebagian pasukan ke tempat para perampok mendarat. Letnan Meijer dengan tembakan artileri ringan dan senapan, melakukan tugas yang diberikan kepadanya dengan kehati-hatian dan keberanian, sehingga kemudian pasukannya dapat menghalau pasukan Raden Ali yang sudah mendarat untuk mundur ke hutan atau kembali ke perahu. Serangan pasukan Raden Ali berakhir sekitar pukul 11 pagi dan Raden Ali beserta pasukannya meninggalkan lokasi pertempuran di sekitar  benteng Toboali mengatur arah menuju ke Pulau Lepar (habis/***). 

 

 

Kategori :

Terkait

Senin 13 Jan 2025 - 21:52 WIB

BATIN GANING DI NYIREH (Bagian Dua)

Senin 06 Jan 2025 - 21:48 WIB

BATIN GANING DI NYIREH (Bagian Satu)

Senin 30 Dec 2024 - 22:16 WIB

DIALOG ANTAR INDONESIA

Senin 23 Dec 2024 - 22:04 WIB

SUNGAISELAN

Terkini

Selasa 14 Jan 2025 - 21:54 WIB

Gregoria Lanjut ke 16 Besar India Open

Selasa 14 Jan 2025 - 21:50 WIB

Jedar Ungkap Nama dan Wajah Anak Ketiga

Selasa 14 Jan 2025 - 21:49 WIB

Aurelie Moeremans Mengalami Kecelakaan