Kolaborasi Banjir

Ahmadi Sopyan--

Oleh: AHMADI SOFYAN

Penulis Buku/Pemerhati Sosial Budaya

 

SEKARANG ini setidaknya ada 3 Banjir yang sedang kita alami, pertama banjir air (banjir benaran) yang kedua banjir Durian dan yang ketiga Banjir Caleg. Ternyata ketiganya bisa kolaborasi lho…..

-----------

BANJIR (air) yang melanda beberapa daerah di Bangka, terutama di Kota Pangkalpinang yang selalu langganan banjir dan di wilayah Bangka Barat. Hujan lebat yang terus melanda membuat genangan air melimpah ruah bahkan tanggul sungai di kebun saya pun harus mengalami jebol. Begitulah kehidupan antara kita dan alam (air), sebab kita seringkali melawan alam sehingga alam. Beberapa tahun silam, seorang Menteri bertanya kepadaa saya saat bertemu di Jakarta. “Mengapa Bangka bisa banjir?” dengan enteng tanpa beban saya menjawab: “Banjir di Bangka itu sudah ada izinnya Pak, resmi”. Sang Menteri mengerutkan dahi dan kembali bertanya: “Kok ada izinnya?” Saya kembali menjawab: “Izin nambang, izin merobohkan hutan, izin mendirikan bangunan diwilayah air dan sebagainya. Apa itu bukan izin banjir?”. Mendengar jawaban saya, sang Menteri tertawa ngakak. Mungkin ini jawaban konyol orang kampung yang rada-rada miring.

Indonesia dan juga mungkin Bangka Belitung adalah negeri yang salah kelola. Untuk mengatasi musibah banjir yang tak pernah selesai ini kita harus mengeluarkan banyak biaya. Milyaran bahkan triliunan rupiah uang negara harus terkuras untuk mengatasi bencana yang sedang melanda negeri ini. Air yang seharusnya sebagai sahabat dan kebutuhan utama hidup kita ternyata berubah ganas dan menjadi bencana yang harus kita terima akibat salah urusnya pengelolaan negeri. Melihat dan merasakan kejadian musibah demi musibah menimpa negeri ini jangan-jangan Republik Indonesia bisa berubah menjadi Republik “Tulah” (kualat).

Karena bukan ahli air atau ahli pengelolaan dan penataan ruang, maka saya tak berani menulis banyak tentang banjir air yang kini sedang melanda berbagai wilayah di negeri ini. Tapi di tengah-tengah derasnya banjir (air) melanda berbagai wilayah tersebut, ternyata ada satu banjir lagi yang melanda di seluruh pelosok negeri ini, yakni banjir Caleg yang juga membutuhkan dana tidak kalah besarnya. 

Pemilu diambang pintu, pesta demokrasi sebentar lagi. Di mana-mana kita melihat taburan poster, baliho dan stiker yang menampang wajah caleg kita tak kalah deras dengan banjir yang melanda berbagai wilayah. Momentum menjelang Pemilu ini pun dimanfaatkan oleh banyak caleg dan partai ditengah pusaran banjir air. Sebagaimana sifatnya air, banjir caleg ini pun masuk ke rumah-rumah kita dengan seribu janji dan sejuta impian. Di berbagai medsos, saya menyaksikan kawan-kawan yang lagi Nyaleg, masuk ke rumah-rumah warga memberikan bantuan dan selanjutnya pasti berfhoto ria dengan timses serta masyarakat yang dibantu. Tidak lupa simbol pilihan dan APK (Alat Peraga Kampanye) dibagikan diam-diam. 

Berbagai perilaku lebay para caleg terpampang disepanjang jalan dengan menampilkan berbagai fhoto diri serta slogan yang aduhai. Misalnya, Dr. Drs. H. Datuk Radindo Suko Jando Mudo, Atok Kulop, SH., MM. MBA. MPd. Dll. Calon Pemimpin Masa Depan! Kreatif Amanah Mantap Peduli Ramah Empati Terbukti (KAMPRET). Bahkan kalau perlu ditambah bin anu keturunan anu, tidak punya kudis, tidak punya panu.

Apakah salah para caleg membanjiri pujian terhadap diri sendiri? Tidak salah kok. Tidak ada satu pun lembaga yang bisa menyalahkan. Semua orang apalagi caleg memiliki hak menilai dirinya sendiri, apalagi saat-saat menjelang pemilu seperti sekarang ini. Namanya juga iklan, pasti kecap itu nomor 1 bukan nomor 2. Pilihannya memang harus 1, sebab kalau ada 2 pilihan apalagi 3, pasti tidak sah.

Tapi pertanyaannya, apakah rakyat harus dibanjiri dengan kata-kata manis berbentuk pujian terhadap diri sendiri? Apakah mengkampanyekan diri harus lebay? Semua yang baik, mulia, suci dan sholeh, semuanya ditempelkan atas nama dirinya. Dipublikaskan sebagai karakter dirinya. Dikatakan sebagai sifat khas yang melekat pada dirinya. Orang-orang seperti ini, biar pun dari pangkal leher sampai pantatnya dipenuhi panu, kudis dan kutil, namun kalau pas lagi mau nyalon, pasti dikatakan kinclong, halus, mulus dan bening. 

Sebagai rakyat kita perlu kritis ketika dibanjiri oleh iklan indah para caleg. Penting bagi kita untuk mengetahui trackrecord-nya, lingkungan dimana ia berada, bagaimana dirinya ditengah keluarga, tetangga, dan pendidikan serta latar belakang moralnya. Karena mereka itu adalah wakil kita yang berarti adalah bagian dari diri kita sebagai rakyat. 

Oleh karenanya penting bagi kita sebagai rakyat untuk cerdas dalam memilih dan kritis melihat para caleg. Tanyakan apakah sifatnya sama persis atau paling tidak 50% sama dengan apa yang diiklankan? 

Tag
Share