Kolaborasi Banjir

Ahmadi Sopyan--

Tetapi, bagi para timses dan caleg itu sendiri, tidak kalah kritis. Apakah seorang calon itu harus sama sifat dan kepribadiannya dengan apa yang diiklankan atau paling tidak mendekati sama dengan kalimat-kalimat yang membanjiri baliho dan poster sepanjang jalan tersebut? Kan yang paling penting ngiklan dulu, lebay dulu, narsis dulu, nyuri perhatian rakyat dulu, simpati dulu serta mendapatkan suara sebanyak-banyaknya dan lolos menjadi wakil rakyat yang diimpikan. Urusan kata-kata dalam iklan atau poster tak perlu dirisaukan, toh seiring perjalanan waktu rakyat pasti lupa, karena memang negeri ini adalah negeri pelupa. 

Memang, kita harus objektif, bahwa tidak semua caleg itu lebay, tidak semua caleg itu sekedar mengumbar ambisi. Karena banyak juga di antara mereka itu sudah memiliki pengalaman matang dalam dunia pemerintahan, birokrasi, serta pemahaman mengenai tugas dan wewenang menjadi wakil rakyat atau senator serta trackrecord moral yang baik sehingga pantas untuk mewakili kita sebagai rakyat. Namun sayangnya, orang-orang seperti ini umumnya kalah suara dan kalah iklan ketimbang caleg-caleg yang bermodal besar dengan iklan yang besar.

Oleh karenanya, kepada para caleg yang nanti duduk sebagai wakil rakyat, kami sebagai rakyat sudah tahu bahwa Anda-Anda semua itu orang pintar, cerdas, jujur, amanah, peduli, rajin, bersih, tidak sombong, suka membantu, banyak menyumbang, bermartabat, rajin tahlil, sholeh dan suci, dan pikiran bersih sebersih-bersihnya. Hanya saja satu hal yang perlu disadari, bahwa kami rakyat kecil tidak ingin memiliki wakil rakyat yang lebay dengan membanggakan diri sendiri dengan berbagai iklan manis tersebut. 

Kenapa? karena orang yang benar-benar sholeh, jujur benar-benar setia pada perjuangannya, bersih pikirannya dan suci hatinya, mereka sudah tidak butuh untuk diiklankan, diposterkan, dibalihokan dengan kata-kata. Misalnya, almarhum KH. Usman Fathan tidak butuh diiklankan sebagai orang alim, orang sholeh, orang baik, karena seluruh masyarakat Babel sudah tahu hal itu. Bahkan saya yakin bi haqqil yaqin jika itu ditulis dan dimuat dalam iklan, KH. Usman Fathan (Allahuryarham) yang dikenal bersahaja tersebut pasti tidak akan mau menerimanya karena rasa malunya lebih besar ketimbang rasa ingin populer seperti kebanyakan para caleg kita sekarang ini. Sosok orang yang baik tidak lantas membuat ia menjadi tambah percaya diri karena taburan kata-kata mengenai dirinya dan pujian-pujian atas dirinya, justru sebaliknya akan menjadi beban. 

Jadi, ini berbanding terbalik dengan orang yang rasa percaya dirinya buruk. Semakin mereka tidak percaya diri, maka semakin banyaklah ia menyebar kata-kata mengenai siapa dirinya. Semakin gencarlah ia membalehokan kehebatan-kehebatan dirinya. 

Cukuplah air membanjiri dengan masuk ke rumah dan kamar-kamar kami sehingga menjadi bencana bagi kami semua. Janganlah lagi ditambah dengan banjirnya iklan dan kata-kata manis dari para caleg yang membuat kami semakin sakit perut dan muntah, karena itu juga “bencana kata” bagi kami rakyat kecil. Negeri ini menjadi negeri salah urus karena kami rakyat kecil selalu dibanjiri oleh iklan-iklan manis dan para wakil rakyat serta pejabat di negeri ini membanjiri dirinya dengan kekuasaan otoriter dan uang.

Oya, selain banjir air, banjir caleg, juga sekarang banjir durian. Nah, ini bisa kolaborasi asyik. Saat masyarakat sedang dilanda banjir, saran saya para Caleg bawa bantuan yang salah satunya adalah durian. Pasti asyik, 3 banjir kolaborasi…..  

Salam banjir! (*)

 

 

 

Tag
Share