Dampak Kolonial Belanda Merubah Rivai, Balada Abdoel Rivai

Abdoel Rivai-sreenshot-

BACA JUGA:Residen dan Kolonial Belanda Takut, Awer Demam Bangka Mematikan

Majalah ini dirancang untuk diedarkan diantara para penguasa pribumi, pegawai negeri, dan kaum terpandang.

Pewarta Wolanda juga mencoba meyakinkan para orang tua agar anak-anak mereka dikirim untuk mendapat pendidikan di Belanda.

Bahkan pada tahun 1901, Abdoel Rivai mengeklaim agar rakyat Hindia-Belanda harus menghadapkan wajah mereka untuk beribadah tidak lagi ke Ka’bah.

Mereka harus merubah haluan dengan menghadap ke Den Haag yang disana Ratu Belanda naik tahta.

Melihat hal ini, sosok Abdoel Rivai jelas-jelas telah mengabaikan agamanya yaitu islam yang menolak segala sesembahan selain Allah.

Abdoel Rivai kemudian bertemu dengan rekannya yang merupakan seorang mantan tentara Belanda bernama Clockeners Broussons.

Keduanya mendirikan majalah baru bernama Bendera Wolanda, namun media tersebut tidak bertahan lama karena masalah finansial.

Sikap pantang menyerah Rivai membuatnya kembali menerbitkan majalah dengan nama Bintang Hindia pada akhir 1902.

Majalah ini memiliki nasib yang lebih baik sebab Menteri Urusan Wilayah Jajahan Belanda memberikan dukungannya.

BACA JUGA:Aik Bukuk dan Dipenggalnya Kepala Residen Belanda Atas Perintah Depati Bahrin

Tidak hanya itu, seorang Gubernur Jenderal Hindia-Belanda yaitu Joannes Benedictus van Heutz sangat senang dengan terbitnya majalah ini.

Ia meyakini bahwa majalah ini akan sanggup mengedukasi masyarakat pribumi tentang politik etis agar loyal kepada pemerintahan Belanda.

Joannes Benedictus van Heutz pun memberikan subsidi terhadap majalah Bintang Hindia sebesar 20.000 gulden.

Pemerintah kolonial Belanda pun menerbitkan surat edaran kepada jajarannya dari mulai pusat hingga daerah untuk membagikan edisi perkenalan majalah ini.

Tag
Share