KAMPUNG KEPOH (Bagian Tiga)
Akhmad Elvian-dok-
Berdasarkan catatan Santosa, pada bulan Mei 1819, gerombolan Bajak laut menyerbu pos militer Benteng Toboali di pesisir pantai dekat Kota Toboali yang dipertahankan 40 prajurit di bawah Letnan Biery. Akibat serangan kepala-kepala rakyat di Toboali dan Lanun, Letnan Biery dengan pasukannya lari tunggang langgang ke Pangkalpinang. Demikian pula kedudukan tentara Belanda di Jebus diserbu oleh kepala-kepala rakyat dan Lanun berkali-kali dan sebuah kapal perang Belanda dapat dirampas (Bakar, 1969:15). Serangan bajak laut juga terjadi atas sejumlah pos militer di pesisir Barat Laut Bangka. Kota Toboali dikosongkan karena militer Hindia Belanda tidak dapat menahan serbuan gerombolan bajak laut (Santosa, 2011:133, 135).
Setelah serangan Kepala rakyat Toboali dan kepala pulau Lepar serta kepala rakyat di Nyireh dan Jebus, serta Kepoh, maka wilayah Toboali termasuk Kepoh, Pulau Lepar dan pulau pulau lainnya di selat Lepar seperti pulau Tinggi dan pulau Leat serta wilayah pesisir barat pulau Bangka kembali dikuasai oleh Raden Ali dan Raden Keling. Sementara itu dengan alasan untuk melindungi keamanan penduduk, komandan militer dan sipil Belanda, Luitenant Kolonel Keer memutuskan untuk mengirim beberapa pasukan dan kapal ke Toboali, bahkan di bulan Mei, untuk memulihkan keamanan mengirimkan satu kapal kecil ke Kepulauan Lepar, untuk menghancurkan para perampok, dan kapal terus kembali ke Toboali, dan kemudian dari sana untuk menyerang para perampok di darat, di daerah Nyireh yang jaraknya 8 jam sama jauh dari sungai Ketia dekat Pangkal Kepoh. Rencana ini dilakukan sambil menunggu kedatangan bahan makanan dan uang dari Batavia. (bersambung).