Arah Artifisial Intellegence Kesastraan yang Bukan Kaleng-Kaleng!

Mohammad Arfani-dokumen pribadi-

Salah satu evolusi kekaryaan digital tersebut adalah penggunaan artifisial intellegence (AI) yang merujuk pada aplikasi yang dirancang untuk meniru kecerdasan manusia, yang bisa menirukan apapun baik dalam kegiatan untuk mempermudah menulis kekaryaan. 

Terutama dalam lingkungan kekaryaan penggunaan AI dapat membantu para penulis dalam mengontrol dan memantau kekaryaan mereka sendiri yang memungkinkan mereka menulis dan mengontrol penggunaan teks kebahasaan telah menunjukkan kemajuan kekaryaan yang sangat mengesankan.

Pada kenyatannya, konsep kekaryaan sebagai bentuk kekaryaan sastra dalam cakupan ekspresi pribadi kedalam pemikiran filosofis, dan bahkan pandangan tentang dunia yang ada didalamnya dengan sangat mencengangkan tersajikan segala kebutuhan tersebut ada melalui AI atas pengumpulan penyaringan segala informasi yang ada melalui banyak aplikasi yang kita sebut saja bukan kaleng-kaleng. 

Hal ini tidaklah mengurangi nilai-nilai estetika didalamnya yang menunjukkan ada sebuah usaha untuk berkarya di dalamnya, yang perlu juga dicatat untuk saat ini AI sangatlah digemari untuk dipergunakan. 

Di dunia kekaryaan penggunaan AI akan sangat membantu para penulis karya dalam pencarian sumber ide dalan juga dalam mengontrol, memantau karya mereka sendiri untuk selanjutnya kecerdasan artifisial di masa depan akan mengarah ke kondisi yang tidak berubah mendapatkan hasil yang sama, dan nantinya akan dapat dimengerti oleh pembaca itu sendiri karena tujuan dari artifisial intellegence itu sendiri adalah meniru kegiatan kemanusiaan dengan menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu peristiwa dalam perangkat yang digunakan.

Dari sudut pandang yang berbeda, sebagai manusia yang mampu mengola potensi dalam proses imjinasi melalui pengalaman kepada seluruh pancainderanya yang mampu menjadikan kreatifitas estetika yang tentu saja ‘bernyawa’ kedalam bentuk karya sastra karena pada konsepnya proses kreatif pengarang adalah terlahir dari rasa kemanusiaan.

Proses kreatif merupakan sebuah proses yang banyak dilalui dilalui dalam menghasilkan sebuah karya sastra dengan tahapan proses dalam pengumpulan ide, pengembangan ide, dan penyempurnaan ide mulai dari dorongan bawah sadar yang melahirkan karya sampai pada perbaikan terakhir yang dilakukan pengarang. 

BACA JUGA:4 Langkah Mewujudkan Praktik Baik Literasi di Sekolah

Perlu dicatat dan digaris bawahi estetika karya dalam kemanusiaan lebih menimbulkan rasa dan sensasi karena wujud kongkret dari kesastraan adalah bentuk dan kajian yang ditulis dalam bentuk tulisan tentang perasaan dan pemikiran pengarang itu sendiri dalam khas kesastraan dengan penggunaan bahasa sastra yang khas dan memberikan pengalaman serta pemahaman mendalam tentang kehidupan manusia yang mengandung unsur fiksi dan imajinasi yang tidak bisa tidak berhubungan dengan fakta dan realitas dan tujuan di dalamnya.

Dalam perbedaannya kekaryaan AI dan menulis sastra dalam proses kemanusiaan jelaslah jauh berbeda. Menulis sastra dalam proses kemanusiaan lebih menimbulkan nilai rasa dan sensasi mendalam secara analitik, ide, dan gagasan dalam karya sastra itu sendiri.

Palembang, 12 Februari 2024

 

Tag
Share