Soal 'wasit' dan Aliran CSR Rp 420 Miliar, Harvey Moeis 'Bernyanyilah'!
Harvey Moeis-screnshot-
Harvey menjawab. "Izin Yang Mulia, saya sempat diperlihatkan percakapan ini. Saya berusaha mengingat-ingat apa maksud saya menyebut wasit itu. Saya juga sudah lupa, Yang Mulia."
JPU pun kembali memberikan cecaran. "Masa saudara tidak tahu apa yang saudara tulis?" tanya JPU. "Karena saat itu kami berusaha mencari solusi untuk membantu PT Timah, Pak," jawab suami aktris Sandra Dewi ini.
Pontoh kemudian menengahi. "Maksud saudara dengan wasit itu apakah orang berpengaruh di Jakarta? Apakah dia pengusaha besar yang berpengaruh, atau aparat penegak hukum? Apa yang saudara maksud dengan wasit itu?"
"Saya tidak bisa mengonfirmasi, Yang Mulia," jawab Harvey Moeis.
Pontoh kembali bertanya, apakah wasit itu seorang pengusaha atau pejabat yang berpengaruh. Menurut Pontoh, hanya dua pihak itu yang bisa disebut wasit karena berkaitan dengan masalah harga.
"Saudara jujur saja!" tegas Pontoh.
Harvey sempat terdiam sejenak. Pontoh kembali menekan. "Wasit itu orang atau apa? Wasit kan pengadil, penentu," tanyanya.
"Betul," jawab Harvey Moeis.
Kemudian Harvey menjelaskan, "Kalau pengusaha rasanya tidak, Pak, karena grup ini... eh, inisiasinya adalah perpanjangan tangan dari pemerintahan, sepertinya wasitnya adalah beliau-beliau, Pak."
"Apa? Penguasa? Pejabat?" tanya Pontoh.
Harvey tetap berkukuh menjawab tidak tahu, "Saya sudah lupa alasan saya ngomong begitu, Pak."
"Terserah saudara, nanti kami simpulkan dalam tuntutan kami," kata JPU.
Hingga vonis dibacakan, 2 fakta itu tetap jadi misteri?***