Minimnya tanggung jawab perusahaan dalam menangani kerusakan lingkungan ini menjadi sorotan. Banyak perusahaan, terutama di sektor pertambangan, sering kali tidak berkomitmen pada program rehabilitasi lingkungan atau tanggung jawab sosial yang berkelanjutan.
Padahal, konsep tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) seharusnya mendorong korporasi untuk berinvestasi pada kesejahteraan masyarakat dan lingkungan sekitar tempat mereka beroperasi. Sayangnya, CSR sering kali dijadikan alat promosi atau sekadar formalitas, tanpa implementasi nyata yang berdampak positif. Kurangnya pengawasan dari pemerintah dan lembaga terkait juga memperparah masalah ini, membuat perusahaan bisa lolos dari tanggung jawab mereka tanpa konsekuensi yang berarti.
Selain itu, hak-hak komunitas lokal sering kali diabaikan dalam proses eksploitasi sumber daya alam. Komunitas lokal yang hidup di sekitar kawasan tambang sering kali tidak mendapatkan manfaat yang layak dari aktivitas penambangan tersebut. Mereka tidak hanya harus menanggung dampak lingkungan yang merusak, tetapi juga sering kali kehilangan akses terhadap sumber daya alam yang dulu menopang kehidupan mereka.
Lebih dari itu, banyak perusahaan yang tidak transparan dalam proses pengelolaan sumber daya alam, baik dalam hal perizinan, bagi hasil, maupun dampak operasional terhadap masyarakat setempat. Proses pengambilan keputusan sering kali dilakukan tanpa partisipasi atau konsultasi yang memadai dengan masyarakat lokal, yang mengakibatkan ketidakpuasan dan bahkan konflik sosial.
Transparansi dan partisipasi yang minim ini memperkuat ketidakpercayaan antara komunitas lokal dan pihak industri. Masyarakat merasa dikesampingkan dan hak-hak mereka diabaikan, sementara keuntungan besar yang diperoleh dari eksploitasi sumber daya alam justru dinikmati oleh segelintir elit korporasi dan pemodal. Situasi ini menciptakan ketimpangan yang sangat jelas, di mana yang menderita adalah mereka yang berada di garis depan dampak lingkungan.
Konflik antara keuntungan ekonomi jangka pendek dan keberlanjutan jangka panjang tidak bisa diabaikan begitu saja. Industri harus mulai mengubah paradigma mereka, dari sekadar mengejar profit cepat menjadi lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.
Kebijakan yang lebih ketat, pengawasan yang lebih baik, serta peningkatan transparansi dan partisipasi komunitas lokal dalam pengelolaan sumber daya alam adalah langkah penting yang harus diambil. Jika tidak, kita hanya akan mewariskan masalah yang lebih besar bagi generasi mendatang, di mana alam telah rusak dan masyarakat telah kehilangan hak-hak mereka.
//Pentingnya Keseimbangan Antara Keuntungan Ekonomi dan Kelestarian Lingkungan
Industri timah, sebagai salah satu penggerak ekonomi di daerah seperti Bangka Belitung ini, harus mulai bertransformasi menuju model bisnis yang lebih berkelanjutan. Keuntungan jangka pendek yang dihasilkan dari penambangan timah memang memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat lokal dan negara.