Menanti 'Jamu' untuk Para Pelaku Usaha dan Perbankan

Jumat 17 May 2024 - 18:30 WIB
Oleh: Budi Rahmad

High Uncertainity Perekonomian Global

Ditengah ketidakpastian perekonomian global, karena suhu geopolitik yang makin memanas, kita bersyukur karena perekonomian Indonesia masih berdaya tahan. Berdasarkan data BPS  keseluruhan pertumbuhan ekonomi Indonesia di Triwulan  I-2024 tumbuh sebesar 5,11% (yoy) ini lebih tinggi dibandingkan kuartal I-2023 yang hanya bertumbuh 5,04% (yoy). 

Oleh Dr. Reniati, SE.,M.Si

(Ketua ISEI Cabang Pangkalpinang Koordinator Bangka Belitung)

Tetapi jika dicermati lebih jauh ada tiga wilayah yang mengalami perlambatan pertumbuhan yaitu Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Sumatera yang mengalami penurunan dari 4,79% menjadi hanya 4,24% dari periode yang sama di tahun lalu.

Sedangkan untuk Jawa kuartal I-2023 sebelumnya 4,96% menjadi 4,84% dan untuk Sulawesi yang awalnya6,99% menjadi hanya 6,35%. Untuk daerah-daerah yang memiliki kontribusi pertumbuhan ekonomi terbesar yaitu Kalimantan, Bali dan Nusra serta Papua menunjukkan pertumbuhan yang menguat di kuartal I-2024. 

Bank Indonesia sendiri memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada kisaran 4,7-5,5% (yoy) sebuah angka yang cukup optimis apabila didukung oleh permintaan domestik yang terus tumbuh dan juga investasi bangunan yang sejalan dengan berlanjutnya beberapa Proyek Strategis Nasional (PSN).

Sebagai institusi moneter yang mengemban tugas agar inflasi tetap terjaga dan nilai tukar Rupiah tetap terkendali, Bank Indonesia mengoptimalkan strategi operasi moneter “pro market”. 

Seperti diketahui bahwa Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 23-24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI Rate  sebesar 25 bps menjadi 6,25%, suku bunga depocit facility sebesar 25 bps  menjadi 5,50%, dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps  menjadi 7,00%.

Pada awalnya kebijakan menaikkan BI Rate, sempat mengagetkan beberapa pimpinan perbankan yang mengkhawatirkan akan memperlambat langkah pemulihan ekonomi nasional, karena dampaknya terhadap pengetatan likuiditas kredit perbankan.

Namun ternyata BI sudah sudah mempersiapkan sejumlah Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang diharapkan mampu menjaga perekonomian tetap pada jalur yang sudah ditetapkan longgar dan tidak sesak nafas untuk tumbuh (Pro Growth). 

 

Supply dan Demand Side Pembiayaan

Sebelum menetapkan kebijakan terkait suku bunga dan pembiayaan. BI perlu menganalisis  dua sisi yaitu Supply dan Demand Side Pembiayaan. Dari sisi Supply menunjukkan bahwa Kredit dan DPK perbankan pada Triwulan 4 I 2024 tumbuh positif. Pertumbuhan kredit ditopang oleh masih longgarnya appetite perbankan yang didukung oleh ketahanan likuiditas yang memadai. 

Indikatornya ada 4 (empat) point yaitu : (1) Pertumbuhan Kredit Menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, begitu pula dengan DPK. Dengan nilai pertumbuhan kredit (yoy) pada tahun 2024 sebesar 12,40 %, LDR (Skala kanan) sebesar 84,23%, dan Pertumbuhan DPK (yoy) sebesar 7,44%.  (2) Peningkatan kredit terjadi di hampir seluruh sektor ekonomi, utamanya dikontribusikan oleh sektor pengangkutan, perdagangan, lga, industri & lain-lain (konsumsi). 

Kategori :