PUISI PUISI BASTRA SMAN 1 SUNGAILIAT

Senin 26 Feb 2024 - 10:10 WIB
Editor : Budi Rahmad

 Padamu Tanah Airku

                                                Maulana Wijaya

 

Daratan dan lautan anugerah Sang Pencipta

Alam hijau membentang menjadi napas bagi Ibu Pertiwi

Menjadi gradasi keindahan di ujung batas khatulistiwa

Bagaikan tempat terindah di seluruh alam semesta

 

Oh, segarnya alam Nusantara

Keasriannya memenuhi paru-paru dunia

Indah memesona, selaras dalam warna

Tenangkan jiwa-jiwa yang patah.

 

Oh, Pertiwi

Ragam suku budaya tertata olehmu dengan rapi

Tak peduli berapa banyak pengusik merintangi langkahmu

Menjadikan Indonesia negara yang bersatu

Yang pasti Pertiwi melindungi dengan kasih

 

Sungguh kubangga padamu

Tak pernah kau bersungut pada cibiran dunia.

Ramah menjadi identitas di mata dunia

Tegak kepalamu, tinggi wibawamu

 

Engkau Nusantaraku

Puluhan ribu pulau bersamamu

Mereka di sana menyebutmu dengan kagum

Zamrud katulistiwa

 

 

BACA JUGA:Puisi-Puisi Siswa Kelas XI-5 SMA Negeri 1 Sungailiat 

 

 

Suaraku

                                    Alya Nabilla Syahla

 

aku menolak menjadi hewan

yang termangu tunduk kepada tuannya

dirampas hak dan kebebasannya hanya hidup menggonggong

dan berkelahi membela sang tuan tanpa menyadari

mati sudah keadilan

 

aku bersuara

tapi jangan harap kuserahkan suaraku sampai aku puas bersuara

 

baliho-baliho dengan senyum penuh janji

kuhamparkan untuk alas tidur malam ini

atau kujadikan selimut saja?

aku suara yang masih miskin

 

negeri ini rakyat berdemokrasi

tapi hati-hati berakhir di jeruji besi suara dibungkam

kritik tak boleh

usul demi usul hanya mengepul

aku suara yang tak pernah merdeka

 

nanti tiba saatnya

kala tuan sudah memimpin apakah sungguh segala manis?

atau kau akan menyadari bahwa suaraku benar adanya

 

diriku mungkin akan hilang ditelan masa,

ditelan orang tapi dengarkanlah suaraku yang abadi

 

 

BACA JUGA:CERPEN: Tak Ada Lagi Lahan Kosong untuk Kuburanku Nanti 

 

 

SELAMAT PAGI IBU PERTIWI

                                                        Andhika Dendra Wibowo

 

Di pagi yang berselimut kabut

Tetes embun dan angin berhembus dengan lembut

Jiwa raga terpisah dalam dekapan selimut

Meringkuk, menggigil dalam dinginnya ruang

Namun semangat harus tetap membara

Seiring Sang Surya yang mulai menyapa

 

Selamat pagi wahai Ibu Pertiwi

Jiwa raga bersatu dalam hangatnya mentari

Merangkai senyum di wajah yang letih

Menembangkan melodi-melodi indah kehidupan yang baru

Mengukir kisah di sehelai waktu

Di bumi Nusantara, jiwa-jiwa bersatu

 

Pancasila, pilar suci yang terpancang di hati

Membangun karakter jujur, adil, dan berani

Belajar dan berkarya dengan semangat yang suci

Merajut bermacam warna dalam satu Harmoni

 

Bangkitlah bangsaku, dari tidurmu yang buta

Singsingkan lengan bajumu demi nusa bangsa

Dengan semangat membara, teguh, dan setia

Kita jadi satu, dalam perjuangan yang teguh menyala

Mari bersama-sama kita bangun Indonesia

 

 

BACA JUGA:CERPEN: Kebaikan Hati Si Beruang Madu 

 

 

JIWA DEMOKRASI

      Cahaya Christiany

 

Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat,

itulah sayatan kata yang terus menggores

di setiap lembaran cerita para pemimpin

Jeritan dan tangisan hanya menjadi syair syahdu pengantar tidur

 

Demos adalah subjek prioritas yang kadang dimanipulasi,

oleh tuannya yang memimpin

Demos terkadang hanya menjadi lantunan ayat suci,

dibalik topeng keserakahan

Demos terkadang menjadi tameng bagi para tuan,

yang menimbun harta

 

Kini,

Demos berdiri kembali menatap tragisnya tragedi politisi

Demos kembali membuka ruang dialog para penggarap sejati

Demos berdiri menatap menantang tahunnya yang mulai dilucuti

Demos kembali mencari sosok yang bisa meneruskan sejarah pejuang

Demos memunculkan kembali jiwanya yang lama dikubur,

oleh kebengisan dan keserakahan

 

Demos kini mengerti,

bahwa jiwa sejati adalah jiwa yang diperjuangkan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

 

 

BACA JUGA:4 Langkah Mewujudkan Praktik Baik Literasi di Sekolah

 

 

BANGKIT

Nabila Rizqina Putri

 

Di bumi yang bergelora, di negeri yang terjaga

Bangunlah jiwa, raga, dan suara demokrasi

Dari sudut-sudut terdalam hati yang suci

Mari kita sambut fajar kebangkitan yang murni.

 

Jiwa yang terpendam dalam kesadaran diri

Menjelma menjadi api yang tak pernah pudar

Dalam setiap langkah, dalam setiap helaan nafas

Terukirlah semangat kebebasan yang abadi.

 

Raga-raga bergerak dalam serasi tari

Menyongsong cahaya keadilan yang redup

Tak kenal lelah, tak kenal letih

Hanya mengikuti irama kebenaran yang hakiki.

 

Suara-suara berkumandang dalam alunan lagu

Memecah keheningan dengan pesona kebenaran

Dari yang lembut hingga yang keras

Mereka bersatu dalam kekuatan yang menggetarkan.

 

Di dalam ruang-ruang kekuasaan yang tertutup

Teranglah sinar keadilan yang mengusik hati

Jiwa yang tak tergoyahkan, raga yang tak terkekang

Suara-suara yang menuntut kebenaran sejati.

 

Demokrasi bukanlah sekadar kata

Tetapi nyawa yang mengalir dalam setiap darah

Bukan hanya hak, tetapi juga kewajiban

Untuk menjaga, menghormati, dan menghidupkan semangatnya.

 

Bangunlah, wahai jiwa yang luhur

Teruslah bergerak, walau badai melanda

Bangkitlah, wahai raga yang kuat

Jangan pernah lelah, jangan pernah surut.

 

Dengarlah, wahai suara yang berkobar

Jadilah pelopor kebenaran dan keadilan

Bersama-sama kita tegakkan demokrasi

Sebagai landasan peradaban yang abadi.

 

BACA JUGA:CERPEN: Kebaikan Hati Si Beruang Madu

 

 

Maju Dalam Demokrasi

                                         Sity Grevira Elfiona

 

Apa yang dibanggakan oleh kita?

Pemuda, pemudi, penerus perjuangan bangsa

Kini harapan- harapan tanah air tercinta

Mengasah mata, pikiran, rasa dan karsa

 

Dalam putih abu-abu dengan corak berbeda

Lontaran kata menggambarkan egomu

Gerak siput bahkan kalah untuk memenangkan pertandingan

Apa arti semua ini kalau tanpa semangat yang berkobar?

 

Bangsa ini belum berhenti berjuang, kawanku

Tenaga dan pikiranmu dinantikan dalam pembangunan

Kita adalah harapan perjuangan

Bangkitlah waktu terus mengejar

 

Bangun jiwa dan ragamu wahai saudaraku

Perbedaan bukan alasan dalam persatuan

Serukan “Maju dalam Demokrasi”

Membentuk negeri yang berprestasi

 

 

Kategori :