Timah menjadi salah satu komoditas andalan pemerintah dalam hilirisasi dan mendorong transformasi ekonomi nasional. Selain itu, hilirisasi timah di Indonesia untuk memperkuat daya saing produk Indonesia di pasar global.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan dengan hilirisasi dan industrialisasi, Indonesia bisa maju dan Presiden Prabowo Subianto meyakini upaya itu bisa memacu pertumbuhan ekonomi delapan persen.
Kemenko Perekonomian Ali Murtopo menuturkan dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia terus menunjukkan dominasinya sebagai salah satu pemain utama dalam ekspor timah dunia. Pada 2024 nilai ekspor timah, yakni timah bukan paduan serta batang dan batang kecil untuk menyolder, mencapai USD 1,44 miliar.
"Indonesia berhasil mengekspor ke berbagai negara tujuan utama seperti Cina sebesar USD284,28 juta, India sebesar USD245,36 juta, dan Korea Selatan sebesar USD158,26 juta,” ujar Ali Murtopo Simbolon usai mewakili Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam groundbreaking pabrik hilirisasi timah (tin chemical) PT Batam Timah Sinergi dan peresmian pabrik hilirisasi timah (tin solder) PT Tri Charislink Indonesia di Batam, Jumat (24/01).
Lebih lanjut, Ali menyampaikan sebagai salah satu produsen timah terbesar di dunia, Indonesia memiliki cadangan sumber daya yang sangat melimpah. Tercatat sekitar 800 ribu ton atau 17 persen cadangan timah global berada di Indonesia. Berdasarkan data badan survey geologi Amerika Serikat, Indonesia menghasilkan lebih dari 70 ribu ton timah setiap tahun, dimana 32 persen produksi timah dihasilkan oleh PT. Timah Tbk dan 68 persen sisanya diproduksi oleh kurang lebih 35 badan usaha swasta.
Saat ini, hampir 95 persen produksi timah nasional diekspor dan belum dimanfaatkan secara optimal di dalam negeri. Timah dapat meningkatkan posisi tawar Indonesia dalam investasi yang bernilai tinggi, khususnya saat ini untuk semikonduktor dan Pemerintah menjadikan hilirisasi timah ini menjadi modal memperkuat posisi Indonesia dalam ekosistem semikonduktor.
“Hilirisasi timah diharapkan dapat meningkatkan devisa negara. Data menunjukkan bahwa industri hilir memiliki potensi untuk menggandakan nilai ekspor dibandingkan dengan ekspor bahan mentah. Dengan investasi sebesar Rp 1,2 triliun dalam pembangunan pabrik hilirisasi tersebut, Pemerintah optimis bahwa Indonesia dapat menjadi pusat produksi timah hilir terbesar di dunia,” tegas Deputi Ali.
Dari segi investasi, Indonesia merupakan negara dengan predikat layak investasi dengan daya saing yang cukup kuat. Peringkat Indonesia dalam IMD Global Competitiveness Index, meningkat ke peringkat 27 dari sebelumnya di peringkat 34. Berdasarkan penilaian dari lembaga rating, Sovereign Credit Rating (SCR) Indonesia satu tingkat di atas Investment Grade.
Hal tersebut menunjukkan kepercayaan investor kondisi ekonomi Indonesia yang solid akan berlanjut. Pemerintah mengapresiasi PT Cipta Persada Mulia beserta anak usahanya, PT Batam Timah Sinergi, dan PT Tri Charislink Indoasia, atas komitmen dan langkah konkret yang telah diambil dalam perealisasian hilirisasi timah. Pemerintah juga mengajak para pelaku industri lainnya untuk turut mendukung agenda hilirisasi nasional demi memperkuat kedaulatan ekonomi nasional.
Ali menilai groundbreaking tersebut berpotensi menciptakan sekitar 1.500 lapangan kerja baru dan akan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal serta memberikan kontribusi positif bagi pendapatan daerah. “Saya berharap pabrik hilirisasi timah ini dapat menjadi katalis bagi transformasi industri timah nasional. Mari kita bersama-sama mewujudkan Indonesia yang lebih maju dan mandiri melalui pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi,” pungkas Deputi Ali.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut antara lain yakni Pimpinan Komisi XII DPR RI Sugeng Suparwoto, Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad, dan Kepala BP Batam Muhamad Rudi. (ant)