Masyarakat Beriga Menolak IUP PT Timah Itu Tidak Benar

--

    PANGKALPINANG - Sejumlah masyarakat Desa Beriga Kabupaten Bangka Tengah yang mendukung Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah di Perairan Beriga akhirnya angkat suara. Mereka menyatakan bahwa pernyataan Kepala Desa Batu Beriga Gani menyebutkan 80 persen masyarakat menolak adanya penambangan laut menggunakan ponton isap produksi (PIP) di Perairan Beriga itu tidaklah benar.
    Seperti yang disampaikan perwakilan Masyarakat Desa Beriga yang mendukung rencana penambangan timah di Laut Beriga, Danil Wahyudi. Menurutnya, tidak semua masyarakat Beriga menolak penambangan tersebut, tapi ada juga yang mendukung. "Jadi pernyataan itu tidak benar. Faktanya tidak seperti itu, karena masih banyak juga masyarakat yang mendukung. Dalam artian mendukung ada maksud dan tujuan, yang pastinya untuk perbaikan perekonomian masyarakat Desa Beriga," kata Danil dalam konferensi persnya, Senin (21/10/2024) di Pangkalpinang.
    Danil mengatakan, pada dasarnya pihaknya tidak menyetujui adanya istilah pro dan kontra dalam rencana penambangan PT Timah di perairan Laut Beriga. Namun dirinya sangat menyayangkan munculnya pernyataan bahwa 80 persen masyarakat Beriga menolak penambangan tersebut.
    Terlebih, lanjutnya, masyarakat yang dianggap mendukung malah dikucilkan oleh pemerintah desa setempat.
"Ya, pemerintah desa Beriga tidak mau mendengarkan aspirasi kami, padahal kami juga masyarakat Desa Beriga yang memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan yang lainnya. Ya mestinya, pemerintah desa itu menjadi penengah ditengah permasalahan seperti ini," kata Danil.
    Danil mengakui bahwa pihaknya sudah mencoba menyampaikan aspirasi baik kepada pemerintah desa maupun pemerintah kabupaten setempat. Hanya saja, aspirasi tersebut malah terkesan diabaikan. "Padahal kita ketahui bersama, Pemkab Bangka Tengah juga sebelumnya sempat memberikan rekomendasi terkait rencana penambangan tersebut, tapi kenapa sekarang mereka merasa tidak mengeluarkan rekomendasi itu, mestinya konsisten lah dengan apa yang sudah direkomendasikan. Selain itu, bersikap adil lah kepada kami yang juga masyarakat Desa Beriga. Jadi tolong dengarkan aspirasi kami, jangan aspirasi kami diabaikan," pinta Danil.
    Selain itu, Danil meminta kepada salah satu anggota DPRD Babel dapil Kabupaten Bangka Selatan untuk tidak ikut campur dengan persoalan yang terjadi di Desa Beriga. Lebih baik, kata Danil, uruslah urusan atau persoalan yang ada di dapilnya. "Karena kami di Desa Beriga juga ada dapil tersendiri untuk wakil rakyatnya. Jangan seolah-olah menjadi pahlawan kesiangan atas permasalahan ini," imbuhnya.
    Hal yang sama juga disampaikan masyarakat Desa Beriga lainnya, Askandi. Menurutnya, sampai saat ini aspirasi masyarakat yang mendukung tidak didengarkan baik pemerintah desa maupun pemerintah kabupaten setempat.
    Padahal, kata Askandi, pihaknya sudah meminta kepada pemerintah desa untuk mencari solusi dan jalan yang terbaik demi kepentingan bersama masyarakat Desa Beriga. "Jangankan aspirasi kami, surat dari PT Timah pun diabaikan. Padahal kami juga masyarakat Desa Beriga. Apakah ini yang dinamakan pemerintah desa yang adil, saya rasa tidak. Makanya, kami kirimkan surat audiensi ke DPRD Babel, karena aspirasi kami di pemerintah desa dan kabupaten setempat diabaikan," ungkap Askandi.
    Untuk itu, Askandi berharap melalui DPRD Provinsi Babel aspirasi masyarakat yang mendukung penambangan bisa didengarkan. Sehingga DPRD Babel, kata dia, menerima aspirasi secara keseluruhan baik dari masyarakat yang menolak maupun yang mendukung.
    "Tapi disini perlu kita tegaskan, pernyataan adanya 80 persen masyarakat menolak penambangan, bohong itu, tidak benar itu. Kalau bicara putera daerah, saya asli warga Beriga. Dan selama ini, tidak ada perubahan apapun di desa kami baik itu pembangunan atau pun fasilitas lainnya. Makanya sekarang, kami ingin kemajuan untuk desa kami dengan mendukung rencana penambangan itu, apalagi itu legal sesuai aturan," tegas Askandi yang juga separuh hidupnya bermata pencaharian sebagai nelayan itu.
    Senada dengan Danil Wahyudi dan Askandi, warga Desa Beriga lainnya, Hartoyo menambahkan bahwa pihaknya selama ini banyak medapatkan intimidasi terutama dari pihak pemerintah desa. Bahkan intimidasi tersebut diakuinya tidak sanggup untuk disampaikan kepada media. "Saya rasa media juga sudah tahu, intimidasi itu sulit untuk kami sampaikan. Dan saya rasa itu sangat miris. Makanya, kami hanya berharap ada solusi terbaik dalam persoalan ini, ya minimal aspirasi kami didengarkan, karena kami juga menginginkan adanya peningkatan perekonomian bagi masyarakat Desa Beriga," tutup Hartoyo.(pas)

Tag
Share