Program Konversi Motor Listrik Hanya Diminati Penghobi

--

Untuk mendorong minat masyarakat untuk melakukan konversi dari sepeda motor berbahan bakar minyak menjadi sepeda motor listrik, Pemerintah menambah nilai bantuan konversi sepeda motor listrik menjadi Rp10 juta, dari sebelumnya Rp7 juta.

Penambahan subsidi konversi motor listrik ini diatur dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 13 Tahun 2023 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri ESDM Nomor 3 Tahun 2023 tentang Pedoman Umum Bantuan Pemerintah Dalam Program Konversi Sepeda Motor dengan Penggerak Motor Bakar menjadi Sepeda Motor Listrik Berbasis Baterai.

Tapi kenyataannya hingga saat ini Masyarakat masih sedikit yang melakukan konversi motornya ke motor listrik. 

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi konversi motor listrik di 2023 masih jauh dari target.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan realisasinya masih di bawah 1.000 unit. Padahal, target konversi motor listrik tahun lalu mencapai 50 ribu unit. "Ingin tahu saja, malu deh. Di bawah seribu, yang daftar sih banyak," kata Arifin usai konferensi pers Capaian Sektor ESDM Tahun 2023 & Program Kerja Tahun 2024, Senin 15 Januari 2024.

Menanggapi kondisi tersebut, Hari Budianto, Sekertaris Umum AISI (Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia) mengungkapkan pendapatnya bahwa saat ini konversi motor listrik masih diminati oleh para penghobi saja. Selain itu, menurut Hari, kehadiran motor listrik (EV/Electric Vehicle) juga menjadi pesaing bagi Masyarakat untuk mengkonversi motornya ke mesin listrik.

Namun begitu, AISI mendukung program konversi motor listrik ini, karena harusnya bagus, tetapi juga memberikan masukkan agar program tersebut bisa sukses. “Kita harus pakai kaca mata masyarakat kalau konversi motor itu tentunya ada motor yang dikonversi, ada biaya, ada insentif, nah, pesaingnya apa? Pesaingnya ada motor listrik yang baru juga, dapat subsidi juga, harganya juga lumayan murah,” ujar Hari saat diskusi bersama Forum Wartawan Otomotif (Forwot) di Jakarta, Selasa 16 Januari 2024.

“Jadi demandnya ini tergantung, saya memandang konversi ini masih banyak dilakukan oleh para hobbies karena motornya antik, tetapi kalau motor yang dipakai untuk harian mungkin saya hanya memandang bahwa dari sisi masyrakat ini mesinnya harus discrub, nah disitu costnya masih mahal,” jelasnya.

Hari pun mengungkapkan, walaupun ada insentif, tapi prosesnya tidak semudah itu, mungkin itu yang masih menjadi ganjalan Masyarakat untuk melakukan konversi motor listrik.

Hari pun berharap kepada bengkel-bengkel konversi motor listrik bisa lebih kreatif hasil motor konversi buatannya tidak kalah dengan motor EV yang baru, terutama di kualitas produk (built quality). “Tapi tentunya semoga dari temen-temen bengkel konversi bisa lebih kreatif lagi, dalam arti konversi tidak hanya ganti powertrain, tetapi harus tanda petik konversinya itu jadi satu unit yang kalau dilihat itu, wah ini isi banget nih. Kan sekarang yang diganti powertrainnya aja, sehingga apa bedanya,” tuturnya.

“Built quality, menurut saya relative karena konversi itu tidaklah sesusah itu karena powertrain kit sudah banyak, apa lagi temen produsen beberapa merek menyediakan kit yang tinggal plug and play,” tambahnya. (DIS)

Tag
Share