Urang Bangka & Karakternya

Ahmadi Sopyan--

Ini yang saya sebut bahwa orang Bangka asli itu tidak berkarakter pelayan dan pegawai, tapi karakter yang melekat adalah wiraswasta dan menjadi Boss bukan jongos. Namun yang jadi persoalan adalah, tidak semua orang Bangka mampu membaca diri dan bagaimana mengolah diri menjadi Boss, sehingga oleh keadaan terpaksa menjadi jongos.

Menciptakan Generasi Mandiri

 

MEMBACA karakter urang Bangka ini, maka menurut pemahaman saya bahwa sangat penting bagi Pemerintah Daerah untuk pandai membaca keberlangsungan putra-putri Daerah dalam berbagai aspek kehidupan. Menarik investor dan menciptakan lapangan pekerjaan, memang sangat penting, tapi ketika karakter ini melekat, yang terpenting adalah bagaimana menciptakan mental kemandirian alias wiraswasta kepada generasi muda. Misalnya, pengolahan lahan menjadi pertanian, peternakan, perkebunan. Mengolah kolong menjadi kreativitas baru dalam budi daya ikan, kepiting, udang dan lain sebagainya. Menciptakan anak-anak muda dengan bergelut dalam teknologi kekiniaan, menciptakan ide-ide baru dalam teknologi dan sebagainya. 

Pointnya adalah bagaimana karakter Boss itu menjadi kenyataan bagi generasi muda Bangka Belitung kedepan. Sebab, jika tidak, dengan karakter tersebut yang tidak didukung oleh kemampuan membaca diri dan membaca lingkungan, generasi muda Bangka Belitung akan kalah saing dengan pemuda pendatang dan akhirnya terpaksa menjadi jongos yang berkarakter Boss. Gaya Boss, padahal jongos. Jongos tapi bersikap Boss. Hal ini sudah mulai terlihat dan terjadi. Betapa banyak kita saksikan anak-anak muda kita berebut menjadi jongos, saling sikut dan sikat, saling fitnah dan jegal. Padahal yang diperebutkan adalah “tulang” bukan daging.

Selain itu, penting bagi Pemerintah menemukan formula bagaimana menciptakan generasi muda Bangka Belitung untuk kreatif membaca peluang yang ada didepan mata, entah itu mengolah alam dilingkungannya, kreativitas, kemampuan teknologi, menciptakan produk daerah, event organizer dan pengelolaan lingkungan untuk meningkatkan pariwisata, pemberdayaan kaum wanita di Desa-Desa dan yang paling penting adalah bagaimana Pemerintah Daerah menciptakan satu Desa di tiap Kabupaten atau bahkan tiap Kecamatan menjadi satu desa percontohan dalam mengelola lahan sehingga menjadi nilai jual desa tersebut kepada wisatawaan luar. 

Sebab, saking berdaulatnya Urang Bangka, ia susah untuk melakukan sesuatu yang belum terbukti dan ia buktikan dengan mata kepalanya sendiri. Urang Bangka tidak pernah percaya pada visi misi, program, konsep, masterplan bahkan kepintaran mengolah kata. Kok bisa? Sebab terlalu merdeka alias sangat berdaulat. Depati Amir, Depati Bahrain, Bathin Tikal adalah contoh karakter orang-orang Bangka yang sangat merdeka dan tidak tunduk pada pelayanan walau dijanjikan kemewahan. “Buat apa bergelimang harta dan punya nama, tapi diri tidak merdeka alias hidup diatur-atur” begitulah orang Bangka yang sesungguhnya. Oya, satu lagi, karakter orang Bangka adalah suka bercanda alias ingel-ingel. Siapapun Anda dan jabatan yang disandang, jangan lupa “ingel-ingel”, sebab orang Bangka suka ngakak.

Salam Urang Bangka!(*)

 

 

 

 

 

 

 

Tag
Share