CERPEN DENIS FEBI YOLANDA: Dun dan Ceritanya Tentang Tawa

ilustrasi cerpen-koranbabelpos.id-

Belum sempat kusahut, seseorang mengetuk pintu, namun saat kutiba di depan pintu, hanya ada selembar kertas di lantai seolah habis diselipkan lewat sela-sela pintu.

 

“Pekan raya besok hari, lomba figur untuk anak anak,” kuejakan satu-satu kata pada selebaran itu.

 

Aku tidak menyadari, bahwasanya sedari tadi Dun mengintip dari sela-sela dinding pembatas, matanya terbelalak seolah penasaran entah atau dirinya tertarik pada apa yang ada di genggamanku. 

BACA JUGA:CERPEN: Tak Ada Lagi Lahan Kosong untuk Kuburanku Nanti

Kepala dan badannya yang hanya tampak sebagian di balik tembok berwarna toska kesukaan ibu itu, dengan senyum mengerikan juga ingusnya yang meleleh nyaris ke dagunya yang bulat. 

 

“Bukan apa-apa, hanya surat kabar kemarin,” ujarku berbohong padanya sembari pelan-pelan menyusup tangan dan kertas di genggamanku.

 

“Ikut, Dun ikut!!” teriaknya, memekik ke seisi rumah. 

 

Mana aku tahu dirinya mendengar ucapanku beberapa saat lalu. Kalau sudah begini, jika selebaran itu tidak mendarat di tangannya ia akan mengeluarkan jati dirinya yang sebenarnya, sebagai anak yang masih berjiwa kanak-kanak.

 

Aku masih belum menemukan hal paling menjengkelkan selain saat dia mulai menggila seperti anak hutan yang membebaskan diri dari habitatnya. Saat ia mulai mengacak-ngacak seisi ruangan secepat putaran kipas yang menerbangkan kertas-kertas ke penjuru ruangan. 

Tag
Share