Perkuat Karakter Siswa, Cegah Bullying, Sastra Masuk Kurikulum Merdeka

Ilustrasi-screnshot-

Di samping itu, sastra juga mampu menumbuhkan empati yang menjadi salah satu tujuan pendidikan karakter dalam Kurikulum Merdeka Belajar.

BACA JUGA:Saat Humanisme Berpaling Dari Peta Sastra Dari Dunia Sana

"Bagaimana sesuatu bisa dialami dan dirasakan dari perspektif yang berbeda, bahkan bertentangan, bertolak belakang dengan apa yang kita yakini secara pribadi," tuturnya.

Berpikir kritis dan kemampuan empat ini sangat penting di era globalisasi, di mana siswa dengan mudah bertemu dengan pandangan, budaya, serta keyakinan yang berbeda-beda.

Sehingga, mereka tidak akan melihat dunia dalam hitam putih dan judgemental serta dengan mudah menjustifikasi apa yang dilihatnya.

Hal ini lantas berujung pada kekerasan yang terjadi di kalangan siswa atau perundungan.

"Itu berkaitan dengan bullying, persoalan kekerasan. Kita akan mudah sekali untuk menjustifikasi tindakan-tindakan kepada orang yang berbeda-beda," tandasnya.

Oleh karena itu, program Sastra Masuk Kurikulum ini diharapkan berdampak pada terwujudnya generasi berkarakter Profil Pelajar Merdeka.

Terdapat enam karakter dalam Profil Pelajar Pancasila, di antaranya beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

Untuk menunjang program ini, Kemendikbud telah mengurasi sebanyak 177 karya sastra yang terdiri dari novel, cerita pendek, puisi, dan non-fiksi.

Daftar buku ini telah dilengkapi dengan panduan untuk mempermudah guru menemukan konteks dan penggunaannya dalam materi yang akan diajarkan.***

 

 

 

 

Tag
Share