Sekda Bangka Sebut Stunting Mengakibatkan Gangguan Kecerdasan dan Metabolisme Tubuh

Pembukaan Evaluasi Stunting Kabupaten Bangka-Yudi Ardi Karya-

SUNGAILIAT - Sekda Bangka Andi Hudirman, mengatakan bahwa stunting mengakibatkan gangguan kecerdasan dan metebolisme tubuh pada saat dewasa. Sehingga dapat menyebabkan timbul penyakit tidak menular.

Demikian dikatakan oleh Sekda Bangka Andi Hudirman, pada kegiatan Diseminasi Hasil Pengukuran dan Publikasi Data Stunting Kabupaten Bangka tahun 2023, Selasa 12 Desember 2023 di di Novilla Boutique Resort Sungailiat. 

"Seperti kencing manis, jantung koroner, hipertensi, stroke, obesitas, ginjal dan gangguan hati. Akibatnya produktivitas kerja menurun dan pembiayaan untuk berobat menjadi tinggi," kata Andi Hudirman.

Dikatakannya bahwa stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita disebabkan oleh kekurangan gizi dalam waktu lama serta terjadinya infeksi berulang.

Dikatakannya bahwa stunting dipengaruhi oleh pola asuh, pola makan dan sanitasi yang tidak layak, terutama terjadi dalam seribu hari pertama kehidupan dan masa persiapan sebelum menjadi calon ibu yaitu remaja putri. 

"Kabupaten Bangka menetapkan 10 desa lokus intervensi stunting pada tahun 2023, yaitu desa Mendo, Cekong Abang, Kemuja, Penagan, Kota Kapur, Petaling Banjar, Labu Air Pandan, Gunung Muda, Banyu Asin dan Desa Rebo," Jelas Andi Hudirman.

Dikatakan Andi Hudirman, salah satu dari delapan aksi konvengensi penurunan stunting terintegrasi di Kabupaten Bangka yakni aksi tujuh yaitu pengukuran dan publikasi data stunting.

Pengukuran dan publikasi data stunting adalah prevelensi stunting terkini pada skala layanan puskesmas, kecamatan dan desa.

"Hasil pengukuran tinggi badan anak di bawa lima tahun serta publikasi angka stunting digunakan untuk memperkuat komitmen pemerintah daerah dan masyarakat dalam gerakan bersama penurunan stunting," kata Andi Hudirman.

Ia juga menegaskan bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka sebagai penanggung jawab pengukuran dan publikasi telah melakukan pengukuran status gizi secara rutin terutama Stunting pada balita.

Data pengukuran tinggi badan balita diinput dalam aplikasi elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (E-PPGBM). Apabila ada data yang bermasalah gizi dikonfirmasi dan validasi oleh petugas puskesmas dan dinas kesehatan.

Selain data status gizi balita juga diinput data riwayat tindakan terhadap balita yang bermasalah gizi, kemudian di analisa faktor-faktor determin penyebabnya masalah gizi untuk diintervensi sesuai penyebab oleh OPD terkait.

"Terjadi penurunan prevalensi Stunting pada balita yaitu dari 1,34 persen menjadi 1.333 pada tahun 2023 atau sebanyak 320 anak balita di Indonesia," tukas Andi Hudirman.

Ia juga berharap informasi hasil pengukuran data stunting juga desemilasi ada perlu dipublikasikan mulai dari tingkat desa, kecamatan sampai kabupaten.

Tag
Share