Cukong Timah: Bandit? atau 'Dewa Penolong'?

Syahril Sahidir-sreenshot-

Lalu, itupun tinggal wacana.  Penjabat Gubernur pun berganti lagi, rakyat hanya bisa berandai-andai.  Andai-andai lagi.    

WPR dari Joko Widodo?

Yah sudahlah.  Agar rakyat tidak mudah terlena, mari kita mengenang.

Hanya sekedar mengingatkan, bahwa yang namanya WPR itu tidak semudah mengucapkan. 

Ingat, soal WPR ini sendiri sudah berhembus lama di Negeri Serumpun Sebalai ini.  Yaitu sejak Tahun 2015, saat Presiden RI Joko Widodo ketika itu melakukan kunjungan kerja ke Babel.  

Menindaklanjuti semua itu, Gubernur Babel ketika itu Rustam Effendi dipanggil rapat rapat di Istana Merdeka guna menggolkan soal WPR.  

Entah dimana masalahnya, faktanya hingga saat ini WPR tersebut tak kunjung turun?  

Ingat, saat itu yang mencetuskan adalah Jokowi Presiden RI!

Ingat lagi, saat itu Presiden RI yang hingga saat ini masih menjabat mencetuskan soal WPR.  Mengapa tetap tidak lolos juga?  Ada apa?  Masalahnya dimana?

Jawabnya, entahlah!

Makanya ketika Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) RI mewacanakan timah kembali menjadi komoditas strategis negara, di Jakarta, masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) masih 'cuek bebek'.  

Timah dan Rakyat

Satu hal yang perlu menjadi catatan adalah, --terlepas soal legal dan ilegal serta kondisi lingkungan--, sejak bukan lagi menjadi komoditas strategis, timah justru menjadi penopang di atas 50% ekonomi masyarakat Babel.  Intinya, timah adalah  'panglima' ekonomi Babel hingga saat ini.  

Terlepas banyaknya cukong yang jadi kaya raya, tapi rakyat Babel sendiri banyak yang bergantung hidup dari tambang timah. 

Apakah timah harus jadi komoditas strategis lagi seperti yang pernah diusulkan Lemhanas itu?

Tag
Share