Wakilnya dapat

Ahmadi Sopyan--

Hari ini, saat berada di TPS, ditengah-tengah antrian banyak saya dengar rakyat masih bingung menentukan pilihan Caleg mana yang harus dicoblos. Entah bingung beneran ataukah hanya sekedar obrolan pengisi kebisuan ditengah-tengah antri? Tapi dari sini saya memahami, bahwa seringkali Wakil Rakyat yang ditawarkan oleh Partai Politik bukanlah orang yang layak ditawarkan mewakili rakyat. Kadangkala saya bermimpi, para akademisi turun memberikan pencerahan pada rakyat bagaimana berdemokrasi sehat dan memilih yang sehat. Tapi sayang, akademisi kita bahkan baru calon akademisi (mahasiswa) sudah menjual diri menjadi Timses demi lembaran uang bulanan atau gaji yang sangat gak seberapa. Kesedihan paling sedih bagi saya yang tinggal di belantara (kebun) adalah ketika saya menyaksikan mahasiswa-mahasiswa bahkan Dosen malah turut serta tidak menyehatkan demokrasi ditengah rakyat.

Wajar dan sempat berpikir "setuju" dengan pemikiran sahabat saya yang saat ini masih duduk sebagai Wakil Rakyat, bahwa mereka sudah membeli, sebab rakyat sudah menjual dan menentukan harga. Jadi buat apa bekerja benar untuk rakyat, cukup sekedarnya dan Pemilu berikutnya beli lagi.

Wajar dan sangat wajar kalau pada kenyataannya kebahagiaan/kenikmatan menjadi rakyat Indonesia yang kaya akan alamnya ini sudah diwakilkan oleh pejabat dan Wakil Rakyat. Rumah mewah, aset berlimpah, mobil mengkilap, gaji besar, pendapatan lebar, sudah diwakili oleh Wakilnya bernama Wakil Rakyat. Ibaratnya wakil rakyat dapat "teteknya" sedangkan rakyat dapat "bengeknya". 

Salam Bengek!***

Tag
Share