Pemain Legendaris Zico Jadi Korban Perampokan di Paris, Prancis

Minggu 28 Jul 2024 - 05:56 WIB
Reporter : Tim
Editor : Syahril Sahidir

PEMAIN sepakbola legendaris Brasil, Zico menjadi korban perampokan di Kota Mode itu.

-------------

ADALAH tas kerja milik Zico senilai 500 ribu Euro atau sekitar Rp8,8 milliar dicuri di Paris, Prancis.

Ada barang-barang berharga di tas kerja tersebut berisi jam tangan Rolex dan kalung berlian.  Perampokan dilaporkan oleh media Prancis terjadi pada hari Jumat, 26 Juli 2024.

Kabarnya pencurian di bagian belakang taksi, dimana seseorang mengalihkan perhatian pengemudi taksi sementara orang lain mencuri tas kerja Zico.

Zico yang nama aslinya Arthur Antunes Coimbra dan kini berusia 71 tahun di Paris atas undangan delegasi Brasil untuk menyaksikan Olimpiade 2024 yang secara resmi dibuka pada Jumat malam.

Zico merupakan salah satu pemain terbaik dalam sejarah sepakbola Brasil, mewakili negaranya dalam tiga Piala Dunia FIFA (1978, 1982, dan 1986) namun belum pernah berhasil meraih gelar juara dunia.

BACA JUGA:Fajar dan Rian Bangga Bermain di Olimpiade, Puji Perkampungan Atlet Olimpiade Paris

Selain itu, Zico juga pernah menjadi manajer klub sepakbola Fenerbahce di Turki saat mereka meraih gelar liga domestik pada tahun 2007 dan mencapai perempat final Liga Champions UEFA pada tahun 2008.

Di lain pihak, tim nasional sepakbola Argentina juga jadi target pencurian sebelum pertandingan mereka di Olimpiade Paris.

Pelatih Argentina, Javier Mascherano mengungkapkan bahwa barang milik salah satu pemain mereka, Thiago Almada, termasuk jam tangan dan perhiasan, dicuri saat seorang pencuri masuk ke tempat latihan tim. Meskipun demikian, Almada tetap fokus dan bermain dalam pertandingan melawan Maroko.

Pencurian yang menimpa Zico dan timnas Argentina tentu merupakan hal yang sangat disayangkan.

BACA JUGA:Menteri Kesehatan Prancis Sebut Covid Tak Melonjak Meski Ada Olimpiade 2024

Tindakan pencurian ini tidak hanya merugikan para korban secara materi, tetapi juga menimbulkan ketidaknyamanan dan gangguan dalam persiapan mereka untuk berkompetisi. Hal seperti ini juga tidak boleh dianggap remeh, karena bisa memberikan dampak negatif yang cukup besar bagi korban serta reputasi dari negara-negara yang terlibat.***

 

Kategori :