*Tarif Listrik Turun
PANGKALPINANG - Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada Januari 2025, secara bulanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami deflasi sebesar 0,85% (mtm), berbeda arah dibandingkan dengan bulan Desember 2024 yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,65% (mtm).
Angka deflasi bulanan Bangka Belitung ini lebih dalam dibandingkan dengan Nasional yang tercatat deflasi sebesar 0,75% (mtm). Komoditas yang memberikan andil deflasi bulanan utamanya disumbang oleh tarif dasar listrik, tarif angkutan udara dan jeruk.
Namun, deflasi lebih dalam tertahan oleh komoditas pangan yang memberikan andil inflasi cukup tinggi
diantaranya cabai merah, cabai rawit, dan bayam yang disebabkan oleh faktor cuaca ekstrim. Secara tahunan, Bangka Belitung juga mengalami deflasi sebesar 0,23% (yoy) atau terendah kelima se-nasional. Angka inflasi tahunan ini berbeda arah dibandingkan dengan bulan Desember 2024 yang mengalami inflasi sebesar 0,75% (yoy).
Komoditas yang memberikan andil deflasi tahunan utamanya disumbang oleh tarif listrik, sawi hijau dan angkutan udara. Sementara komoditas yang memberikan andil inflasi tahunan tertinggi di Bangka Belitung pada bulan Januari yaitu sigaret kretek mesin (SKM), emas perhiasan dan minyak goreng.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Rommy S. Tamawiwy menyampaikan bahwa terjadinya deflasi di Bangka Belitung baik secara bulanan maupun tahunan utamanya disebabkan oleh terjadinya penurunan pada tarif dasar listrik.
"Hal ini sejalan dengan kebijakan Menteri ESDM Nomor 348.K/TL.01/MEM.L/2024 tentang pemberian diskon 50% kepada pelanggan rumah tanggal PT. PLN (Persero) daya sampai dengan 2.200 VA yang berlaku selama bulan Januari dan Februari 2025," kata Rommy dalam keterangan resminya, Selasa (4/2/2025).
Secara spasial, seluruh wilayah Kabupaten/Kota IHK di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami deflasi secara bulanan. Deflasi terdalam terjadi di Kabupaten Belitung sebesar 1,01% (mtm). Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi yaitu tarif listrik, angkutan udara dan bawang merah.
Sementara itu, deflasi terendah terjadi di Kabupaten Belitung Timur yakni sebesar 0,35% (mtm) dengan komoditas yang memberikan andil deflasi yaitu tarif listrik, ikan ekor kuning dan ikan tongkol. Selanjutnya, secara tahunan, Kabupaten Belitung Timur dan Kabupaten Belitung tercatat mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,72% (yoy) dan 0,40% (yoy).
Komoditas yang memberikan andil inflasi tahunan di Kabupaten Belitung Timur yaitu akademi/perguruan
tinggi, emas perhiasan dan bahan bakar rumah tangga, sedangkan di Kabupaten Belitung yaitu beras, ikan selar/tude dan sigaret kretek mesin. Sementara itu, Kabupaten Bangka Barat dan Kota Pangkalpinang tercatat mengalami deflasi masing-masing sebesar 1,28% (yoy) dan 0,24% (yoy).
Komoditas yang memberikan andil deflasi tahunan tertinggi di Kabupaten Bangka Barat yaitu tarif listrik, sawi hijau dan ikan kembung, sedangkan di Kota Pangkalpinang yaitu tarif listrik, tarif angkutan udara dan bawang merah.
Rommy menambahkan Bank Indonesia bersinergi dengan TPID dan mitra strategis lainnya terus berkomitmen untuk menjaga inflasi pada rentang yang rendah dan stabil serta turut mendukung tiga langkah strategis untuk memperkuat pengendalian inflasi yakni pertama, menjaga inflasi 2025 pada kisaran sasaran nasional 2,5±1% dalam rangka mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi. Kedua, menjaga inflasi harga bergejolak dalam kisaran 3,0-
5,0% dan ketiga, memperkuat koordinasi pusat dan daerah dengan penyusunan Peta Jalan Pengendalian Inflasi 2025-2027.
Kerangka kebijakan 4K dalam pengendalian inflasi yakni Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi dan komunikasi efektif akan terus diperkuat. Dalam rangka mendukung keterjangkauan harga, telah dilaksanakan sidak pasar yang dipimpin oleh Pj. Walikota Pangkalpinang pada tanggal 22 Januari 2025 di Pasar Ratu Tunggal, distributor aneka bumbu dan minyak goreng serta agen LPG.
Selain itu, dilakukan pemantauan perkembangan harga secara berkala melaui Pusat Informasi Harga Pangan
Strategis (PIHPS) yang dapat dimanfaatkan dalam memonitor perkembangan harga pangan secara realtime.
Untuk menjaga ketersediaan pasokan, Bulog telah mendistribusikan beras SPHP bekerja sama dengan 8 toko ritel modern dan 25 toko pengecer. TPID juga terus memperkuat ketahanan pangan melalui kegiatan panen bersama sayuran dan ikan lele di Desa Wisata Terong, panen sayuran hidroponik di Kelompok Wanita Tani (KWT) Cendawan 31 Pangkalpinang, perluasan lahan tanam padi 6.000 ha di wilayah Kabupaten Bangka Selatan, penyaluran bibit bawang merah kepada PKK Provinsi Bangka Belitung.
Di samping itu, telah dilaksanakan capacity building hidroganik dan Kelurahan/Desa Tanggap Inflasi yang
diikuti oleh 8 (delapan) Kelompok Wanita Tani (KWT) yaitu KWT Kemuning, KWT Sinar Bulan, KWT Belinjo, KWT Cempaka Putih, KWT Cendawan 31, KWT Barokah, KWT Bhineka Hijau Lestari dan KWT Karya Baru.
Dari sisi kelancaran distribusi, Bank Indonesia telah memfasilitasi pelaksanaan Kerja sama Antar Daerah (KAD) komoditas cabai rawit dengan Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, KAD komoditas daging sapi dengan Provinsi Lampung, KAD komoditas bawang merah, aneka cabai, dan sayuran dengan Kabupaten Bandung.
Selain itu, telah dilaksanakan penandatangan MoU KAD komoditas daging sapi beku antara Koperasi Pengendali Inflasi Kabupaten Belitung Timur dengan Bulog Cabang Belitung sekaligus memfasilitasi pengiriman pasokan 10 ton daging sapi beku di Kab. Belitung Timur.
Sementara itu, dalam implementasi komunikasi yang efektif, telah dilaksanakan koordinasi dengan Pimpinan Daerah, rapat koordinasi swasembada pangan bersama Bupati Bangka Tengah, dan rilis opini terkait langkah kebijakan Bank Indonesia dalam menyesuaikan BI Rate menjadi 5,75%.
Selain itu, Bank Indonesia juga akan bersinergi dengan pemerintah daerah dalam rangka menyusun program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) tahun 2025 antara lain pelaksanaan operasi pasar/GPM/SPHP, pelaksanaan KAD untuk komoditas strategis, fasilitasi distribusi pangan dan peningkatan kompetensi melalui capacity building.
Ke depan, Rommy menyampaikan bahwa masih terdapat tantangan bagi TPID dalam menjaga inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada rentang yang rendah dan stabil. Dengan sinergi dan kolaborasi yang baik antar TPID dan semua elemen masyarakat, maka sasaran inflasi sesuai dengan target nasional yaitu 2,5%1% optimis dapat tercapai sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung yang inklusif dan berkelanjutan. (pas)
Kategori :